Monday, 27 May 2013

Review Pertemuan ke-10: Kekuasaan dan Politik


Di pertemuan ke-10 ini kami dimentori oleh Ibu Bayu, kali ini kami membahas tentang kekuasaan dan politik, dimana ada kekuasaan, disana pasti ada politik. Kekuasaan adalah suatu tindakan seseorang untuk mempengaruhi dan mendorong orang lain untuk mengikuti kehendak dan kemauannya. Kekuasaan terjadi karena adanya ketergantungan.

Kekuasaan bersumber dari:
1. Kekuasaan paksaan
Kekuasaan paksaan erupakan kekuaaan yang berbasis ketakutan/paksaan, karena seseorag memiliki kewenangan untuk menghukum orang lain yang tidak menuruti kehendaknya.
2. Kekuasaan hadiah
Kekuasaan hadiah adalah kekuasaan yang nerdasarkan pada kemampuan untuk memberikan hadiah yang berharga/bermakna bagi orang lain.
3. Kekuasaan hukum
Kekuasaan hukum adalah kekuasaan yang diterima karena seseorang memiliki posisi pada hierarki formal.
4. Kekuasaan Informasi
Kekuasaan informasi adalah kekuasaan yang berasal dari akses dan kendali informasi.
5. Kekuasaan kharismatik
Kekuasaan kharismatik adalah kekuasaan yang diperoleh seseorang karena memiliki kharisma tertetu.
6. Kekuasaan pakar
kekuasaan ini diperoleh seseorang karena ia memiliki keahlian tertentu yang tidak dimiliki orang lain
7. Kekuasaan rujukan
Kekuasaan yang dimiliki karena mempunyai hubungan dekat dengan orang yang memiliki otoritas lebih tinggi atau lebih handal.

Politik
Politik adalah cara/proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang sebelumnya sudah dirancang.

Di dalam proses berpolitik, ada suatu taktik yang disarankan, yaitu:
1. Menyalahkan orang lain
2. Lepas tangan
3. Bermanis-manis
4. Meninggalkan tanggung jawab
5. Menutup diri
6.  Menciptakan konflik
7. Membentuk koalisi, dan lainnya.

Monday, 13 May 2013

Review Pertemuan ke-9: Konflik


Pertemuan ke-9 bersama Pak Seta di mata kuliah Psikologi Industri membahas tentang konflik. Konflik adalah hal yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Siapapun, kapanpun dan dimanapun pasti pernah terjadi konflik.

Dalam pengertian umum, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik bisa timbul karena adanya perbedaan pendapat antar individu.

"Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993)"

Konflikpun bisa tercipta dari kekurangsadarannya seseorang dari kemampuan yang mereka miliki. Contohnya, banyak buruh yang bekerja dengan upah UMR meminta untuk naik gaji. Di satu sisi para pekerja ingin mempunyai hidup yang lebih sejahtera, Sedangkan di sisi lain sang pemilik perusahaan pasti harus mengolah keuangannya lagi tentang gaji pegawainya.


Berbagai faktor penyebab konflik:

  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
  • Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
  • Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik


Monday, 6 May 2013

Review pertemuan ke-8: Perilaku kelompok

Tidak terasa sudah menginjak pertemuan ke-8 di mata kuliah Psikologi Industri. Pada pertemuan ini kami dimentori oleh Ibu Bayu. Kali ini membahas tentang perilaku kelompok.

Dari definisinya, kelompok adalah terdiri dari dua individu atau lebih yang berinteraksi dan bergabung untuk mencapai tujuan.

Kelompok pun mempunyai bentuk-bentuk, diantaranya:

  • Kelompok Formal: Dibentuk secara resmi dan ditetapkan organisasi. mempunyai struktur yang jelas dan ada penugasan di semua anggotanya. Contoh dari kelompok formal yaitu kelompok komando, kelompok tugas, kelompok pemecahan masalah dan kelompok lintas sektoral.
  • Kelompok Informal: Dibentuk secara tidak resmi, tidak ditetapkan organisasi dengan struktur yang tidak resmi dan tidak ada penugasan di masing-masing anggotanya. Contoh dari kelompok Informal yaitu: Kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan.
Dalam proses pembentukan kelompok pun mempunyai tahapan tersendiri untuk berkembang, tahap-tahap itu terbagi atas 5 tahap, yaitu:
  1. Tahap 1 (Pembentukan): Pada tahap ini lebih banyak pengenalan dan banyak tercipta situasi yang tidak pasti
  2. Tahap 2 (Keributan): Mulai terjadinya konflik ringan yang disebabkan oleh kesalahpahaman.
  3. Tahap 3 (Penormaan): Mulai ada hubungan yang kohesif, saling tarik menarik dengan penerimaan norma yang baru.
  4. Tahap 4: Tahap melaksanakan program yang telah disetujui bersama.
  5. Tahap 5: Aktivitas mulai melambat dan perhatian kelompok ditujukan pada penyelesaian tugas, bukan pada aktivitas kerja.
Sebelum mengakhiri sesi ini, Ibu Bayu memberi sedikit pertanyaan dan jawabannya dikumpulkan pada sesi selanjutnya, pertanyaannya adalah:
1. Apakah yang mendorong orang mau bergabung ke sebuah kelompok?
2. Bagaimana hubungan antara sebuah kelompok kerja dengan induk organisasinya?
3. Jelaskan 5 peran yang menjadi tuntutan kelompok terhadap anda. Dan 5 peran yang ingin anda mainkan!

Sekian Review yang bisa saya jelaskan, kurang lebihnya mohon dimaafkan. 

Best Regards, 
Rinaldi Yusuf